Selasa, 01 Februari 2011

Kasus Ariel/Gayus



Porno bukan persoalan Agama, tapi persoalan prilaku manusia. Zina juga bukan persoalan agama, tapi persoalan prilaku manusia. Prilaku tersebut dianggap maklum, bila masyarakatnya memang berbudaya pezina, dan aktor porno. Jangan heran kalau kasus begini bisa saja lolos dari pantauan UU. Kenapa ? karena masyarakatnya memang pro zina dan pro porno, jadi buat apa UU dibuat, kan bisa menyengsarakan yang mendambakan seonggok kenikmatan sex bebas. Mungkin Indonesia ini begini, banyak yang salah dalam memandang kasus Ariel ini   dan jadi bingung yang mungkin juga karena retorika penuntut dan pembela yang hebat-hebat. buat penulis, ariel hanyalah satu diantara beratus ribu pencari kenikmatan semu itu, banyak pejabat, pengusaha dan rakyat yang sebenarnya telah berprilaku yang sama bahkan sampai kini kasusnya tak pernah diangkat, walau sebetulnya sudah banyak yang tahu. kita suka bungkam untuk hal yang satu ini, sebabnya malu, atau telah tersuap dan takut atau terlalu enak untuk dibongkar. Sekalipun kasus seperti ini, tak dapat dijerat UU sekalipun, mungkin karena budaya masyarakatnya yang tak mendukung (masih gila macam begini) atau mungkin karena kelemahan pembuat UU (DPR dan Pemerintah) yang menggodoknya, namun bukan berarti secara logika bisa dibenarkan, apalagi secara nurani jelas ini perbuatan keji. Kalau tak keji mengapa pula perbuatan itu tak dibiarkan terbuka saja (bablas) dan mengapa UU tak ada yang berani mensahkan Perzinahan terbuka ? bukankah ini sebuah bukti  perbuatan itu memang bertentangan dengan akal dan nurani manusia ?.

Tapi mengapa juga Zina tetap dicari ? banyak sebab, contohnya :  UU nya lemah, mental DPRnya lemah, Pemerintahnya menjadikan hal ini sebagai Aset negara (devisa daerah), Ajaran Agamanya tak duduk mantap dan selera jiwa manusianya  yang rendah.
Rumit bicara sampai ke atas-atas, penulis hanya memfokuskan ke personnya saja, alasannya sekalipun sistem UU baik, tapi seringkali bisa hancur hanya karena manusianya. jadi persoalan ini langsung menyangkut pribadi manusianya. Kalau bicara muanusianya, ada 3 komponen yang penting : pertama; Aqal, kedua Qolbu dan ke tiga Badan (nafs) ini. Kalau ditanya badan, prilaku zina itu enak-enak saja. tapi kalau ditanya Aqal : dia akan berkata "untuk apa ?" : untuk dapat uang, atau kepuasan. AQAL BISA MENGANGGUK setuju. hanya Nurani kita yang bisa bicara "jangan dekati, itu perbuatan keji, dan jelas salahnya. Tapi sayang TAK SEMUA ORANG MENDENGAR NURANINYA BICARA.

Ketahuilah Prilaku Zina ini menyangkut psikologi (penyakit jiwa). sekali coba orang jadi biasa, ujungnya  orang itu terobsesi untuk melakukannya berulang kali, padahal perbuatan itu tercela. Jadi  efek ketagihannya ada. kalau ini tak dibarengi akal sehat dan nurani yang bersih habislah sudah kita termakan oleh perzinahan ini. Ini satu diantara penyakit hati yang dikenal dengan Qolbu Mujrimin (QS:15:11-12) dalam Kitabullah.
Ahli tafsir selalu menerjemahkan kata Mujrimin dengan arti orang-orang yang berdosa. Tapi penyakit ini sebetulnya lebih jauh lagi maknanya yaitu orang yang suka buat salah, yang penting buat dia sur/enak/nikmat/kaya. tak ada hubungan dengan benar dan salah, tak pula memandang norma dan tak juga ikut agama. maka sebetulnya tepat seperti apa yang diungkap ayat Allah "orang yang berpenyakit qolbu Mujrimin ini adalah orang yang tak bisa membedakan mana HAQ  dan mana BATHIL (QS.8:8).
bahkan ciri yang paling jelas sebagai kelengkapannya adalah seperti yang telah disebutkan Allah dalam Qur'an surat yang ke 74 (Al-Muddatstsir) ayat 41-46 yaitu
1. Tak pernah (jadi) orang yang sholat
2. Tak pernah penyantun dana buat konsumsi si Miskin
3.  Sur cakap batil dengan yang lain
4. dan mendustai (ingkar/tak ngakui) hari akhirat
orang yang begini nyemplung ke Nar Saqor, mati juga yang membuatnya baru percaya. orang yang menolongnya ketika didunia dulu kelak takkan mampu menolongnya.

kalau ditanyapun Gayus, sama saja. Sur juga dengan harta jadi kaya, bukan tak tahu perbuatan itu salah tapi sudah terlanjur enak kan ? enaknya ini yang buat ketagihan, apa bisa berhenti ? entahlah. penyakit bangsa ini pun sebetulnya begini juga.  lagu "andai aku gayus Tambunan" itu sebuah bukti. bahwa bangsa ini mimpinya jadi koruptor karena cepat kaya. Mimpinya saja jadi gayus, sudah tahu gayus koruptor tapi masih juga mimpinya jadi gayus.


rakyat ikut terobsesi jadi seperti Ariel atau Gayus, itu baru gawat. berarti bangsa indonesia ini sudah dikategorikan sebagai Mujrimin masal. dari sini ke depan pastilah lebih parah lagi "takkan mungkin membenahi manusia macam begini kalau sudah penyakit masal".